Pos oleh :

arsip

Sejarah Singkat Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada

Gagasan pendirian Balai Pembinaan Adminitrasi (BPA) UGM bermula dari gagasan/ cita-cita yang berasal dari beberapa pihak, yaitu :

  1. Kementerian Dalam Negeri
  2. Universitas Gadjah Mada (Fakultas Sosial dan Politik UGM)
  3. Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta
  4. International Cooperation Administration (ICA)

Gagasan ini bertujuan untuk mendapatkan tenaga-tenaga ahli dalam bentuk Public Administration Program (PAP). Penyelengaraannya diselenggarakan oleh ICA yang teknis pelaksanaannya diawasi oleh Seksi Ilmu Usaha Negara Fakultas Sosial dan Politik, yang mempunyai tugas mengembangkan Ilmu Administrasi Negara. Gagasan tersebut sebenarnya sudah direncanakan oleh Departemen Dalam Negeri, tapi karena suatu hal mengalami kemacetan. Sementara itu, Kepala Daerah DIY telah mendatangkan seorang ahli statistik dari ICA untuk membantu bagaimana cara penyelenggaraan pekerjaan di lingkungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan baik. Ahli statistik tersebut menganjurkan kepada Sri Sultan HB IX, supaya di Yogyakarta ada suatu institut yang dapat memberikan latihan-latihan kepada para pegawai pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam hal ini diharapkan bantuan dari Universitas Gadjah Mada. (Sumber Arsip: Laporan BPA UGM,AS5/OA.LR.05/3) lihat lanjut

Pembangunan Wisma Kagama

Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) dibentuk oleh reuni/konggres I alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta tanggal 18 Desember 1958. Hal ini tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) KAGAMA yang ditetapkan pada tanggal 21 Februari 1981 oleh Musyawarah Nasional Ke IV seluruh Indonesia di Jakarta. Dalam pasal 5 AD KAGAMA mempunyai tujuan sebagai berikut:

  1. Mempererat dan membina kekeluargaan diantara alumni UGM serta keluarganya
  2. Membantu meningkatkan peranan almamater UGM dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
  3. Melaksanakan dan memelihara hubungan kerjasama badan-badan kekeluargaan lain di dalam lingkungan UGM
  4. Menjalankan usaha-usaha dan aktif memberikan bantuan yang diperlukan demi tercapainya segala tujuan dan tugas almamater bagi kemajuan dan kesejahteraan para anggota baik sprituil maupun materiil
  5. Mendorong para nggotanya untuk mengembangkan serta menerapkan ilmu dan keahliannya untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara pada khususnya serta umat manusia pada umumnya.

Sesuai dengan tujuan KAGAMA tersebut dirasa perlu membangun tempat berkumpul dalam rangka memberikan sumbangan pikiran dalam berbagai aspek kepada UGM. Akhirnya diputuskan dalam Munas III di Surabaya tanggal 5-7 Januari 1977 bahwa akan dibangun Wisma KAGAMA. Pembangunan Wisma KAGAMA ini dilaksanakan dalam tiga tahap. lihat lanjut

Mengenal Persatuan Wanita Keluarga Universitas Gadjah Mada Melalui Khazanah Arsip (1951-1991)

Salah satu organisasi wanita yang berdiri pada awal perkembangan Univeritas Gadjah Mada adalah Persatuan Wanita Keluarga UGM (PWK-UGM). Beberapa khasanah arsip bersisi tentang PWK-UGM ini yaitu berupa surat, keputusan rektor, dan Lembaran Berkala “IBU”. Dari arsip-arsip yang tersimpan di Arsip UGM inilah kita dapat mengenal PWK-UGM.

PWK-UGM berdiri pada tanggal 30 Januari 1951 yang diprakarsai oleh sekelompok ibu istri Dosen UGM, antara lain: Ibu Sardjito, Ibu A. Sigit, Ibu Soedomo, Ibu Hardjono, Ibu Moh. Salim, Ibu Harjono, Ibu Wreksodiningrat, Ibu Djojodigoeno, dan Ibu Notosoesanto. Tujuan dari PWK-UGM sangat sederhana sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yaitu: lihat lanjut

Pesawat Gelatik untuk Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada dan 4 universitas lainnya yaitu Institut Te k n o l o g i B a n d u n g ( I T B ) , Universitas Cendrawasih (Irian Jaya), Universitas Syah Kuala (Banda Aceh), dan Universitas Mulawarman (Samarinda) menerima pesawat Gelatik buatan PT Nurtanio Bandung jenis PZL 104. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 011/DJ/Kep/1980 tentang Penyerahan Pesawat Terbang Gelatik PZL 104 Kepada Pimpinan Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung tertanggal 5 Februari 1980. SK tersebut menyebutkan bahwa pertama, menyerahkan pesawat terbang Gelatik PZL 104 kepada: a) Pimpinan Universitas Gadjah Mada b) Pimpinan Institut Teknologi Bandung masing-masing sebuah pesawat terbang. Kemudian yang kedua adalah kepada masing-masing Pimpinan Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung, ditugaskan untuk memanfaatkan pesawat terbang tersebut sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Ketiga, biaya pemeliharaan dan pengoperasian pesawat tersebut dibebankan pada anggaran rutin Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung. lihat lanjut

Tata Cara Pemilihan Rektor UGM dari Tahun 1950 – 2012

“Alhamdulillah kami sudah punya pejabat rektor dengan legitimasi kuat,” kata Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Sofian Effendi saat mengumumkan hasil pemungutan suara di Gedung Pusat UGM, Kamis 22 Maret 2012. Melalui putaran akhir pemungutan suara MWA UGM, Prof. Pratikno, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik UGM, meraih kemenangan telak dalam pemilihan rektor periode 2012-2017 (http://www.tempo.com).

Prof. Dr. Pratikno terpilih menjadi Rektor UGM periode 2012-2017. Pratikno menjadi peraih suara terbanyak dalam pemilihan yang digelar oleh MWA dengan 26 suara. Sidang pleno MWA digelar di Balai Senat Gedung Pusat UGM Bulaksumur Yogyakarta, Kamis (22/3/2012). Sidang dipimpin langsung oleh Ketua MWA Prof. Dr. Sofian Effendi. Dalam pemilihan itu, Pratikno memperoleh 26 suara, Marsudi Triatmodjo sebanyak 5 suara dan Danang Parikesit 1 suara. Saat penghitungan suara semua civitas akademik UGM menyaksikan dari layar televisi yang dipasang di Balairung UGM. Setelah penghitungan akhir selesai dan Pratikno dinyatakan sebagai rektor terpilih periode 2012-2017, Pratikno akan menggantikan Prof. Dr. Ir. Sudjarwadi. (http://news.detik.com). lihat lanjut

Menyusuri Jejak UGM Cabang Magelang dari Khazanah Arsip UGM

UGM Cabang Magelang? Pertanyaan ini tak juga mau berlalu. Bukan apa-apa, selama ini kisah tentang UGM Cabang Magelang nyaris tak pernah terdengar. Dalam berbagai carikan dokumen atau buku-buku yang tentang sejarah UGM hampir tak diketemukan kisah tentang ini. Padahal UGM pernah membangun gedung untuk Fakultas Teknik (FT) di Magelang. Jadi adakah ini seperti sebuah kisah sejarah yang tercecer?” (www.ugm.ac.id)

Dari lembaran arsip yang tersimpan di Arsip UGM, kita dapat merunut kembali keberadaan UGM Cabang Magelang. Arsip-arsip tersebut menjadi bukti keberadaan UGM Cabang Magelang sekaligus saksi yang dapat menceritakan sejarah UGM Cabang  Magelang. Dalam Laporan Akhir Jabatan Pelaksana Pimpinan Harian UGM Cabang Magelang Tahun 1978 disebutkan riwayat singkat UGM Cabang Magelang. UGM Cabang Magelang bermula dari sebuah perguruan tinggi swasta yang didirikan oleh Yayasan PTM. lihat lanjut

Pesona Wanagama dalam Lembaran Arsip

Nama Wanagama tidak asing lagi bagi sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebuah nama yang diperuntukkan bagi hutan yang dimiliki oleh UGM. Wanagama terbentuk dari dua kata yaitu wana yang dalam bahasa Jawa berarti alas atau hutan dan gama yang merupakan akronim dari Gadjah Mada. Jadi Wanagama berarti alas atau hutan yang dirintis, dimiliki dan dikelola oleh Universitas Gadjah Mada. Hutan Wanagama bahkan sudah dikenal oleh masyarakat dunia, terbukti dengan banyaknya tamu-tamu mancanegara yang datang silih berganti mengunjunginya. lihat lanjut

Peran Prof. Notonagoro dalam Pengembangan Pancasila

Dalam kehidupan sehari-hari setiap warga negara terikat oleh suatu peraturan yang harus ditaati. Dalam hal ini tidak hanya peraturan yang berkaitan dengan hukum saja yang harus ditaati, tetapi juga menyangkut sopan santun yang menjadi pedoman dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Oleh karena pedoman itu menyangkut seluruh perilaku hidup bangsa kita, maka seluruh bagian wajib untuk ikut membentuk etika hidup tersebut dan berperan serta kearah tersusunnya rumusan etika hidup bersama.

Berdasarkan buku Serial Pemikiran Tokoh-Tokoh UGM: Prof. Notonagoro dan Pancasila “Analisis Tekstual dan Kontekstual”  disebutkan bahwa etika hidup bersama ini tertuang dalam Pancasila, yang telah menetapkan dasar-dasar azasi bagi warga dan bangsa Indonesia dan juga menetapkan sikap batin bagi negara dan bangsa. Pancasila merupakan pandangan hidup dan ideologi Bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup Pancasila berperan sebagai tuntunan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari manusia sehingga semua kegiatan akan terkendali, sedangkan sebagai ideologi, Pancasila berperan untuk mewujudkan tujuan nasional yang berupa kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. lihat lanjut