Dalam edisi maret 2013, Khazanah memuat beberapa artikel diantaranya : Artikel tentang Arsip Foto, Artiket Perencanaan perlindungan Arsip Vital di Lingkungan Pemerintah DIY, Artikel tentang Positivisme dalam Kearsipan, dan artikel lainnya yang menarik untuk dibaca.
Download Khazanah Kearsipan Maret 2013“Alhamdulillah kami sudah punya pejabat rektor dengan legitimasi kuat,” kata Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Sofian Effendi saat mengumumkan hasil pemungutan suara di Gedung Pusat UGM, Kamis 22 Maret 2012. Melalui putaran akhir pemungutan suara MWA UGM, Prof. Pratikno, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik UGM, meraih kemenangan telak dalam pemilihan rektor periode 2012-2017 (http://www.tempo.com).
Prof. Dr. Pratikno terpilih menjadi Rektor UGM periode 2012-2017. Pratikno menjadi peraih suara terbanyak dalam pemilihan yang digelar oleh MWA dengan 26 suara. Sidang pleno MWA digelar di Balai Senat Gedung Pusat UGM Bulaksumur Yogyakarta, Kamis (22/3/2012). Sidang dipimpin langsung oleh Ketua MWA Prof. Dr. Sofian Effendi. Dalam pemilihan itu, Pratikno memperoleh 26 suara, Marsudi Triatmodjo sebanyak 5 suara dan Danang Parikesit 1 suara. Saat penghitungan suara semua civitas akademik UGM menyaksikan dari layar televisi yang dipasang di Balairung UGM. Setelah penghitungan akhir selesai dan Pratikno dinyatakan sebagai rektor terpilih periode 2012-2017, Pratikno akan menggantikan Prof. Dr. Ir. Sudjarwadi. (http://news.detik.com).
UGM Cabang Magelang? Pertanyaan ini tak juga mau berlalu. Bukan apa-apa, selama ini kisah tentang UGM Cabang Magelang nyaris tak pernah terdengar. Dalam berbagai carikan dokumen atau buku-buku yang tentang sejarah UGM hampir tak diketemukan kisah tentang ini. Padahal UGM pernah membangun gedung untuk Fakultas Teknik (FT) di Magelang. Jadi adakah ini seperti sebuah kisah sejarah yang tercecer?” (www.ugm.ac.id)
Dari lembaran arsip yang tersimpan di Arsip UGM, kita dapat merunut kembali keberadaan UGM Cabang Magelang. Arsip-arsip tersebut menjadi bukti keberadaan UGM Cabang Magelang sekaligus saksi yang dapat menceritakan sejarah UGM Cabang Magelang. Dalam Laporan Akhir Jabatan Pelaksana Pimpinan Harian UGM Cabang Magelang Tahun 1978 disebutkan riwayat singkat UGM Cabang Magelang. UGM Cabang Magelang bermula dari sebuah perguruan tinggi swasta yang didirikan oleh Yayasan PTM.
Nama Wanagama tidak asing lagi bagi sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebuah nama yang diperuntukkan bagi hutan yang dimiliki oleh UGM. Wanagama terbentuk dari dua kata yaitu wana yang dalam bahasa Jawa berarti alas atau hutan dan gama yang merupakan akronim dari Gadjah Mada. Jadi Wanagama berarti alas atau hutan yang dirintis, dimiliki dan dikelola oleh Universitas Gadjah Mada. Hutan Wanagama bahkan sudah dikenal oleh masyarakat dunia, terbukti dengan banyaknya tamu-tamu mancanegara yang datang silih berganti mengunjunginya.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap warga negara terikat oleh suatu peraturan yang harus ditaati. Dalam hal ini tidak hanya peraturan yang berkaitan dengan hukum saja yang harus ditaati, tetapi juga menyangkut sopan santun yang menjadi pedoman dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Oleh karena pedoman itu menyangkut seluruh perilaku hidup bangsa kita, maka seluruh bagian wajib untuk ikut membentuk etika hidup tersebut dan berperan serta kearah tersusunnya rumusan etika hidup bersama.
Berdasarkan buku Serial Pemikiran Tokoh-Tokoh UGM: Prof. Notonagoro dan Pancasila “Analisis Tekstual dan Kontekstual” disebutkan bahwa etika hidup bersama ini tertuang dalam Pancasila, yang telah menetapkan dasar-dasar azasi bagi warga dan bangsa Indonesia dan juga menetapkan sikap batin bagi negara dan bangsa. Pancasila merupakan pandangan hidup dan ideologi Bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup Pancasila berperan sebagai tuntunan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari manusia sehingga semua kegiatan akan terkendali, sedangkan sebagai ideologi, Pancasila berperan untuk mewujudkan tujuan nasional yang berupa kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Balai Perguruan Tinggi berdasarkan Laporan Dies yang kesatu tahun 1974 tertulis “Siapakah mula-mula yang mempunyai pikiran untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada?”. Pada tanggal 24 Januari 1946 di Gedung S.M.T. Kotabaru, Yogyakarta diadakan pertemuan antara beberapa cerdik pandai untuk mendiskusikan kemungkinan mendirikan balai perguruan tinggi (universitas swasta) di Yogyakarta, sebagai promotor Sdr. Mr. Boediarto (ketua), Sdr. Ir. Marsito, Sdr. Prof. Dr. Prijono dan Sdr. Mr. Soenardjo. Pengurus terdiri dari Dr. Soeleiman, Dr. Boentaran, Dr. Soeharto, B.P.H. Bintoro, Prof. H. Farid Ma’ruf, Mr. Mangunjudo, K.P.H. Nototaruno, dan Prof. Ir. Rooseno.
Ada beberapa definisi kata rektor yaitu: dalam pengertian akademis, agama, dan politik. Rektor dalam lingkup akademis merupakan jabatan pimpinan utama dari lembaga pendidikan formal, pada umumnya di lingkup Perguruan Tinggi (universitas dan institut). Rektor dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pimpinan lembaga perguruan tinggi. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2009 (UU SISDIKNAS), Rektor adalah pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang berkewajiban memajukan ilmu pengetahuan di masing-masing institusi melalui pendidikan dan penelitian, serta memberikan kontribusi maksimal kepada khalayak luas.
Orientasi studi dan pengenalan kampus atau yang sering kita dengar dengan istilah ”Ospek” merupakan pintu gerbang memasuki perguruan tinggi bagi setiap mahasiswa baru. Ospek merupakan salah satu sarana untuk membentuk watak dan kepribadian bagi seorang mahasiswa baru.
Tidak sia-sia nama Gadjah Mada dipilih untuk nama Universitas kita…
(Laporan Tahunan Rektor UGM 19 September 1964)
Nama tidak hanya sekedar deretan huruf yang membentuk kata. Demikian halnya dengan nama Universitas Gadjah Mada. “Gadjah Mada” mengandung makna dan harapan. Seperti yang tercatat dalam laporan tahunan Rektor UGM tahun 1964 bahwa mengambil Gadjah Mada sebagai nama universitas kita bukanlah hal yang sia-sia.
Pada tahun 1964 dalam Rapat Senat Terbuka Univeritas Gadjah Mada diperingati 600 tahun wafatnya Mahapatih Gadjah Mada, Mahapatih Negara Kesatuan Madjapahit. Dalam rapat senat tersebut disampaikan gambaran kemungkinan membentuk sebuah negara kesatuan baik negara asing maupun negara Indonesia. Dasar-dasar ilmiah yang sangat kuat sekalipun, belum mampu menjamin mudahnya pembangunan negara kesatuan dalam daerah kepulauan yang demikian luas. Namun kesatuan politik berupa Kerajaan Majapahit yang meliputi seluruh kepulauan Indonesia telah terbentuk pada jaman Hayam Wuruk (1350-1389) atas jasa Mahapatih Gadjah Mada.
Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan universitas pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI). UGM dilahirkan dalam suasana penuh semangat dan harapan di tengah-tengah kancah perjuangan merebut kembali kemerdekaan. Universitas tersebut merupakan gabungan berbagai perguruan tinggi yang sudah ada sebelumnya. Tepat setengah tahun setelah Kemerdekaan Indonesia yaitu pada 17 Februari 1946 berdirilah perguruan tinggi swasta bernama Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (BPTGM) di Yogyakarta. Setelah itu secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 2 tahun, antara tahun 1946 – 1948, Pemerintah Indonesia yang mengungsi ke Yogyakarta juga telah mendirikan beberapa perguruan tinggi. Di Yogyakarta pemerintah mendirikan Sekolah Tinggi Teknik dan Akademi Ilmu Politik. Di Klaten berdiri Perguruan Tinggi Kedokteran, Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan, dan Perguruan Tinggi Pertanian. Sementara di Solo Pemerintah membangun Perguruan Tinggi Kedokteran (Bagian Klinik) dan Balai Pendidikan Hukum. Didorong oleh cita-cita pemerintah untuk memiliki universitas nasional sendiri dan didasari oleh semangat dan kebesaran jiwa semua pihak, akhirnya kedelapan lembaga tersebut digabung menjadi sebuah universitas dengan nama ”Universiteit Negeri Gadjah Mada”. Penggabungan tersebut disyahkan melalui Peraturan Pemerintah No. 23 tanggal 16 Desember 1949.