Dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Hari Kearsipan Nasional Tahun 2023, Arsip Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan pameran kearsipan. Pameran kali ini, mengangkat tema “Srikandi UGM”, pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi keinginan untuk memperkenalkan para wanita inspiratif UGM yang berperan dalam membangun negeri kepada civitas akademika UGM dan masyarakat umum. Kegiatan pameran diselenggarakan pada tanggal 18 April s.d. 19 Mei 2023 bertempat di Teras Arsip Gedung L7 Lantai 3, Gedung Perpustakaan Pusat UGM.
Dalam pameran tersebut beberapa tokoh yang dipemerkan antara lain: Siti Chamamah Soeratno; Oemi Hani’in Soeseno; Siti Baroroh Baried; Sumarni Basorudin Marsigit; Persatuan Wanita Keluarga (PWK UGM); Harkati Dewanto; Sutatmi Suryo; Dll (Ir. Murdijati Dipodipuro Lulusan Pertama Tehnologi Pertanian UGM, Srikandi Menwa Mahakarta Perempuan, Foto Men Mahakarta KU Klaten-PG Tjeper-Djambu Kidul Prambanan, Ketua seksi keputrian dewan mahasiswa UGM Asluly Mularum, 4 Dra diantara 38 Lulusan Doktoral (Kartiningsih, Iswandari, Marjuniah, Marfoe’ah).
1. Siti Chamamah Soeratno (Pakar Filologi)
Selama menjadi bagian dari Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM, terdapat beberapa penelitian Siti Chamamah Soeratno. Pada tahun 1980 bersama R Suhardi melakukan penelitian berjudul “Sistem Persinoniman Bahasa Indonesia”. Penelitian pada tahun berikutnya, 1981, berjudul “Kharisma Tokoh Penguasa Indonesia Lama dan Masalah-Masalahnya”. Siti Chamamah Soeratno melakukan promosi doktor pada tahun 1988. Pada tanggal 24 Januari 1994, Siti Chamamah Soeratno dikukuhkan menjadi Guru Besar pada Fakultas Sastra UGM. Dalam pengukuhan tersebut Siti Chamamah Soeratno menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Sastra pada Fakultas Sastra UGM dengan judul “Sastra Dalam Wawasan Pragmatis: Tinjauan Atas Asas Relevansi Di Dalam Pembangunan Bangsa”. Pada acara pembukaan kuliah Program Pascasarjana UGM Tahun Akademik 2003/2004 tanggal 1 September 2003, Siti Chamamah Soeratno menyampaikan “Filologi sebagai Pengungkap Orisinalitas dan Transformasi Produk Budaya”.
Siti Chamamah Soeratno menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Satra UGM pada tahun 1991-1994 dan 1994-1997. Selanjutnya Siti Chamamah Soeratno diangkat menjadi Dekan Fakultas Sastra UGM untuk masa jabatan tahun 1997-2000. Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor UGM/43/KP/01/06 mengangkat Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno sebagai Kepala Pusat Studi Korea UGM untuk masa jabatan 1996-1999. Tahun 2004 Siti Chamamah Soeratno menjabat sebagai Sekretaris Majelis Wali Amanat UGM untuk masa jabatan tahun 2004-2007.
2. Oemi Hani’in Soeseno (Hutan Wanagama)
Oemi Hani’in Soeseno lahir di Solo pada tanggal 1 Januari 1931. Riwayat pendidikan Oemi Hani’in Soeseno adalah lulusan (B.Sc) Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Gadjah Mada tahun 1957, Sarjana pada tahun 1961, dan School of Forestry University of California Berkeley.
Oemi Hani’in Soeseno adalah sosok perintis Hutan Wanagama. Oemi Hani’in Soeseno ditunjuk sebagai penanggung jawab/Ketua Hutan Wanagama atau dikenal juga sebagai hutan pendidikan.
Pada tahun 1966-1969 Oemi Hani’in Soeseno menjabat sebagai Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Oemi Hani’in Soeseno berjudul “Pruning of Teak to Increase The Production of High Quality Wood” atau “Pemangkasan pada Jati untuk Meningkatkan Produksi Kayu Berkwalitas Tinggi” yang dilakukan bersama dengan Rujiman pada tahun 1975. Pada tahun 1988 disertasi Oemi Hani’in Soeseno berjudul “Genetic Variation and Improvement of Pinus merkusii Jungh et de Vriese”. Oemi Hani’in Soeseno merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tahun 1993.
Tahun 1998 Oemi Hani’in Soeseno menerima penghargaan Satya Lancana Karya Satya. Dan pada tahun 1997 Oemi Hani’in Soeseno menerima penghargaan Alumni Universitas Gadjah Mada atas jasanya dalam bidang penghijauan. Beberapa keterlibatan Oemi Hani’in Soeseno dalam berbagai organisasi, antara lain merupakan anggota Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (PERSAKI), anggota Ikatan Sarjana Wanita Indonesia, Anggota Forum Komunikasi Universitas Gadjah Mada, dan Kelompok Studi Wanita Yogyakarta.
3. Siti Baroroh Baried
Siti Baroroh Baried lahir di Yogyakarta tanggal 23 Mei 1925. Siti Baroroh Baried pernah mengenyam pendidikan di Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada tahun 1946-1950. Riwayat pekerjaan Siti Baroroh Baried adalah mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.
Berdasarkan Surat Keputusan Perdana Menteri RI No.279/P.M./1954, Siti Baroroh Baried pernah mendapatkan perintah belajar di Cairo berdasarkan Surat Keputusan Perdana Menteri RI No.234/PM/1953 pada tanggal 15 September 1953. Dan berdasarkan Surat Keputusan Perdana Menteri RI No.304/PM/1953 tanggal 15 Desember 1953 diizinkan untuk meneruskan pelajarannya selama sau tahun lagi pada Fuad University di Cairo.
Tahun 1962-1964 dan 1964-1966 Siti Baroroh Baried menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Siti Baroroh Baried dalam ilmu Bahasa Indonesia pada Fakultas Sastra dan Kebudajaan Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Agustus 1970 dengan judul “Bahasa Arab dab Perkembangan Bahasa Indonesia”.
Siti Baroroh Baried mendapatkan Piagam Anugerah Kesetiaan dan Pengabdian 25 tahun dari Universitas Gadjah Mada tanggal 19 Desember 1979. Dan mendapatkan Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya satya pada tahun 1980.
Pidato Dies Natalias XXXI Universitas Gadjah Mada pada tanggal 20 Desember 1980 disampaikan oleh Prof. Dra. Siti Baroroh Baried, Guru Besar Bahasa Indonesia Fakultas Sastra dan Kebudayaan, dengan judul “Bahasa Indonesia sebagai Infra-Struktur Pembangunan”.
4. Sumarni Basorudin Marsigit
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0226/0/1980 tentang Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada tanggal 16 September 1980, Sumarni Basarodin Marsigit, S.H. pernah menjadi anggota Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0533/P/1983 tentang Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada tanggal 8 Desember 1983, Sumarni Basarodin Marsigit, S.H. menjadi anggota Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada kembali. Dan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor: UGM/94/4716/UM/37 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada tanggal 18 Agustus 1994, Sumarni Basarodin Marsigit, S.H. diberhentikan dari anggota Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada.
Peraturan Universitas Gadjah Mada Nomor: 26 Tahun 1979 tentang Susunan dan Tata Kerja Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada, Dewan Penyantun adalah merupakan badan pembantu pimpinan universitas yang bertugas:
- Memelihara hubungan baik Universitas Gadjah Mada dengan masyarakat pada umumnya, instansi-instansi pemerintah dan lembaga-lembaga swasta pada khususnya
- Membantu pimpinan Universitas Gadjah Mada dalam mengatasi kesulitan-kesulitan Universitas Gadjah Mada.
- Membantu pimpinan dalam usaha mengembangkan dan memajukan universitas.
Karya tulis Sumarni Basorudin Marsigit, S.H. antara lain berjudul “Perkawinan Anak Terbelakang Ditinjau Dari Sudut Hukum” yang dimuat dalam Buletin Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) Nomor IV Edisi Konggres Tahun 1985.
5. Persatuan Wanita Keluarga Universitas Gadjah Mada
Ada masa PWK-UGM hidup jaya, tetapi ada masa pelita hidupnya suram dan terancam padam. Namun PWK-UGM adalah suatu organisasi yang ulet, yang telah lahir dalam suasana perjuangan seperti Universitasnya sendiri, yang telah lahir dalam kancah perjuangan kemerdekaan bangsa
–Prof. Dr. Ir. H. Johannes–
Tanggal 30 Januari 1951, Ibu Sardjito, isteri Presiden (nama lain untuk Rektor) pertama Universitit Gadjah Mada, berinisiatif menghimpun ibu-ibu isteri dosen antara lain Ibu A Sigit, Ibu Soedomo, Ibu Hardjono, Ibu Moh. Salim, Ibu Harjono, Ibu Wreksodiningrat, Ibu Djojodigoeno, Ibu Notosoesanto dalam suatu ikatan yang mereka namakan “Persatuan Wanita Keluarga Universitas Gadjah Mada”, kadang-kadang disebut Wanita Gadjah Mada saja. Awal mula anggota hanya terdiri dari isteri dosen, tetapi sejalan dengan berkembangnya organisasi ini, keanggotaannya juga meliputi isteri Dewan Penyantun, Dewan Penyantun wanita, dosen wanita, isteri alumni, alumni wanita, isteri pegawai, pegawai wanita, isteri mahasiswa, mahasiswa puteri. Mengenai isteri mahasiswa, hal ini dimungkinkan, karena pada tahun-tahun limapuluhan, banyak mahasiswa yang telah beristri, sebab mereka adalah bapak-bapak putus sekolah, karena ikut berjuang dalam perang kemerdekaan.
Karena rupa-rupanya PWK-UGM juga menarik bagi masyarakat di luar UGM, yang bersimpati terhadap UGM, maka organisasi juga menerima anggota luar biasa. Perbedaannya dengan anggota biasa tersebut diatas hanyalah, bahwa anggota luar biasa tidak dapat duduk sebagai Pengurus, kecuali apabila sangat dibutuhkan. Menurut informasi, Prof. Dr. Notonagoro sangat menganjurkan adanya anggota luar biasa ini, karena menurut pendapat beliau, “UGM bukan hanya milik orang-orang UGM saja, tetapi juga milik dan kebanggaan masyarakat Yogya”. Seperti tertera dalam AD-ARTnya, program PWK-UGM sangat sederhana dan tidak muluk-muluk, yaitu mempererat hubungan antara wanita keluarga UGM, memberi bantuan, di mana perlu, kepada perkembangan UGM, di luar pengajaran.
Ibu-ibu mengadakan pertemuan-pertemuan untuk menamban pengetahuan anggota dengan pelajaran masak-memasak, potong- memotong pakaian, pelbagai pekerjaan tangan, membatik tari Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya. Seksi Sosial mengunjungi anggota dan keluarga anggota yang melahirkan, yang menderita sakit, sedang seksi Kematian melayat dan memberi bantuan sekedarnya kepada anggota yang terkena musibah. Ada pula yang mengurusi asrama mahasiswa, terutama mahasiswa dan luar Jawa. Dengan kerja sama dengan para dokter, pengurus selalu diberitau apabila ada mahasiswa yang sakit sehingga mereka dengan segera dapat dikunjungi.
Dalam acara “Kontak dengan Mahasiswa”, pada pertemuan di rumah ibu-ibu, mahasiswa menceriterakan kesukaran dan masalah yang mereka alami. Dalam suasana kekeluargaan, dicarilah cara untuk mengatasi segala permasalahan. Di luar negeri, antara lain di kota-kota di Amerika Serikat, Wiscounsin, Los Angeles, Santa Barbara, San Francisco, Ithaca, New York dan Washington, Ibu Sardjito sebagai isteri Presiden UGM dan selaku Ketua PWK-UGM, dengan pelbagai ceramah, banyak seksi “mempromosikan” Universitas kita beserta Wanita Gadjah Madanya. Di sana acara “kontak dengan mahasiswa” sangat menarik perhatian civitas academika; bahkan akan dimasukkan dalam rencana kerja mereka.
Di Yogyakarta sendiri, pada pertemuan dengan para isteri dosen- dosen luar negeri yang memberi kuliah di UGM, ibu-ibu kita banyak bertukar fikiran dengan mereka. Hasilnya adalah, bahwa baik secara lisan maupun tertulis, para dosen tamu beserta isterinya banyak menyatakan penghargaannya bagi UGM dan PWK-UGMnya. Memang Program PWK-UGM sangat sederhana, tetapi kiranya dampaknya sangat bernilai. Sri Sultan Hamengku Buwono IX Almarhum, sebagai Ketua Kehormatan Dewan Penyantun UGM, pada Peringatan Satu Windu PWK-UGM menyatakan antara lam sebagai berikut: “Kami yang selalu dapat mengikuti dari dekat pertumbuhan dan perkembangan UGM, menyatakan penghargaan kami kepada Persatuan Wanita Keluarga UGM, yang selama ini telah banyak menyumbangkan jasa-jasanya, yang walaupun tidak secara langsung namun besar manfaatnya bagi pertumbuhan Universitas Gadjah Mada.
6. Harkati Dewanto
Salah satu tulisan Harkati Dewanto pada tahun 1985 dengan judul “Pengaruh Kebiasaan Mengisap Ibu Jari pada Pertumbuhan Rahang dan Susunan Gigi” yang dimuat dalam Buletin Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI). Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dengan judul “Kebutuhan dab Tuntutan Masyarakat akan Perawatan Ortodontik di Indonesia” disampaikan oleh Harkati Dewanto pada tanggal 30 Januari 1995.
7. Sutatmi Suryo
Jenjang karir Sutatmi Suryo di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah pada tahun 1971-1973, 1973-1975 menjabat sebagai Sekretaris Fakultas Kedokteran Gigi. Dan pada tahun 1980-1982 dan 1982-1985 Sutatmi Suryo menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
Sutatmi Suryo mengucapkan pidato pengukuhan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Kesehatan Gigi Anak pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 21 Juli 1979 dengan judul “Masalah Kesehatan Gigi Anak di Dalam Masyarakat”. Sutatmi Suryo merupakan guru besar pertama wanita di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
8. Lain-lain
- Ir. Murdijati Lulusan Pertama Tehnologi Pertanian UGM: Judicium tanggal 31 Djanuari 1966 untuk pertama kalinya Fakultas Tehnologi Pertanian UGM berhasil meluluskan seorang sarjana putri bernama Murdijati Dipodipuro.
- Srikandi Menwa Mahakarta Perempuan
- Foto Men Mahakarta KU Klaten-PG Tjeper-Djambu Kidul-PrambananKetua seksi keputrian dewan mahasiswa UGM Asluly Mularum menyampaikan bingkisan dan diterima Mayot Sudibyo Dan Dem Klaten
- Foto Lurik Show Madjalah Bulanan Ibu Th. II No. 6, 18 Mei 1959
- 4 Dra diantara 38 Lulusan Doktoral (Kartiningsih, Iswandari, Marjuniah, Marfoe’ah)